Edisi I Cerita Singkat Sejarah Zending Di Papua.

 Di Ujung Timur Indonesia Terletak Pulau Terbesar di Dunia. Oleh para pendatang ,pulau ini di nama-nama seperti : Nova Guinra, Land der Papous,Nieuw - Guinea. kini Namanya Irian Jaya. Nama "Irian" ini berasal dari penduduk pantai Utara, yang memakai sebutan "Sup Orisar" -"Tanah di sebelah matahari terbit".

Sudah berapa abad lamanya, pulau yang besar itu terbentang sebagai suatu masalah  atau tantangan yang sulit untuk di hadapi dan di atasi. Setelah zending mulai berlerja di situ (1855) maka kata-kata sifat yang paling keras dan kasar pun rupanya tak mencukupi untuk mengunkapkan kesan-kesan para utusan Injil tentang watak penduduk dan kesukaran pekerjaan sampai Tahun 1906.

 Oleh Pusat Organisasi Zemding (ZNHK) di Oegstgeest, Penulis di tugaskan untuk menyelidiki " soal pertemuan dan hubungan (komunimasi) dan latar belakangnya". memang tugas itu dengan rela hati. tetapi : dari mana  saya memperoleh pengetahuan , dari mana sumber yang di dapatkan? yang masih tersimpan tak lengkap  dan tak sempurna. surat-surat dan laporan-laporan dari zaman sebelum Tahun 1900 hampor semua binasa pada waktu perang dunia ke II .Lagi pula : apa nilai-nilai sumber itu ? Pada waktu para utusan injil perintis mulai bekerja, mereka belum mengenal latar belakang : pengarang-pengarang Laporan belum faham akan arti peristiwa-peristiwa yang mereka amati dan belum mengerti hal-hal yang mereka dengar. Dan bagaiman halnya dengan kita sendiri? Apakah kita akan berhasil mengambarkan sejarah itu secara obyektif, tanpa memihak? Saya pernah membaca dan saya sendiri mengakui , dan saya sendiri mengakui bahwa "Obyektifitas" kita lebih dari pada suatu "Subyektifitas" yang tidak sampai menjadi kesewenang-wenangan.

Pada Tahun 1929 saya sudah mengetahui bahwa saya diujukkan untuk pergi ke irian, dan selama tahun ini saya membaca segala sesuatu yang pernah terbit mengenai pulau itu dan penduduknya. Di kemudian hari, selama bekerja di situ, berkali-kali saya membaca ulang karangan-karangan tersebut. Pengalaman saya bahaya yang di alami pun, kesulitan dan kesenangan, dan juga pergaulan dengan penduduk sendiri, semuanya itu membuka hati saya untuk tetap mencari pengertian tentang kenyataan. Hampir satu tahun lamanya kami berdiam pada tempat di mana pendeta-pendeta pertama bekerja.         Bahasa Numfor dengan lagunya yang merdu,nyanyian-nyanyian dari anak-anak perahu  yang berdayung sepanjang pantai di mana rumah kami terletak (Kwawi) masih berbunyi di telinga kami jika kami membaca laporan-laporan kuningan itu. Lagi pula, rumah kami berada di tengah-tengah orang yang merupakan keturunan , anak cucu orang-orang numfor yang pernah bertemu dengan pekerja-pekerja Zending mula-mula, dan kubur Pendeta Ottow kira-kira 50 langkah di belakang rumah kami.

Bersambung......!!!

Penulis : Demas Wamaer

Doc : Dr.F.C KAMMA.



Postingan populer dari blog ini

Pengenalan Jenis Pohon

Konspirasi Pendidikan Di Papua .

Jeritan Rakyat Jelata